Senin, 21 Oktober 2013

Khutbah Jum'at

HINDARI LUPA DIRI AKAN NIKMAT ALLAH
Oleh: Muhammad Ragil
KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
           
            Yang paling pertama dan utama, saya selaku khatib mengajak kepada diri saya pribadi pada khususnya, dan jamaah sekalian pada umumnya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita, karena iman dan takwa adalah sebaik-baik jalan menuju ridho Allah, juga sebaik-baik bekal menuju kehidupan di akhirat kelak.
            Salah satu bentuk keimanan kita kepada Allah adalah rasa syukur kepada-Nya, yang telah memberi kita nikmat yang tiada bisa dihitung bahkan oleh alat yang paling canggih sekalipun.
            Bersyukur kepada Allah berarti kita mengingat Allah karena kita sadar bahwa kenikmatan yang kita dapat adalah pemberian Allah. Namun, banyak dari kita umat Islam yang lalai dari nikmat Allah, mereka lalai untuk bersyukur dan bahkan terlalu asyik dengan kenikmatan yang mereka dapat sehingga melupakan Sang Pemberi Nikmat.
            Dasar tidak tahu diri! Itulah ungkapan yang sering terdengar yang dialamatkan bagi orang yang tidak tahu berterima kasih. Dan salah satu sifat jelek manusia adalah lipa diri.

            Allah Swt berfirman ;

“Dan apabila kesusahan menimpa manusia dia berkata kepada kami di waktu berbaring atau di waktu duduk atau di waktu berbaring. tetapi setelah kami hilangkan kesusahan itu daripadanya, dia berlalu seolah-olah tidak pernah berdoa kepada kami mengenai kesusahan tang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang mereka kerjakan. (QS.Yunus: 12)”
            Dalam ayat tersebut banyak disinyalir, perilaku manusia saat ini. Jika mereka ditimpa musibah, ditimpa kesusahan, baik penyakit, kemiskinan, kehilangan harta benda, dan nyawa, mereka berteriak-teriak memanggil Allah. Berdoa terus-menerus, pagi, siang, dan malam tiada henti. Lalu ketika kesusahan berlalu, ia melenggang, seakan dia tidak pernah berdoa. begitu juga jika ada keinginan, ia meminta kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Bahkan berjanji untuk berbuat ini dan itu jika permintaannya terkabul. Tapi, tatkala apa yang ia inginkan telah ia dapatkan, ketika kenikmatan itu sudah ada dalam genggamannya, jangankan ingat akan janjinya, nikmat itu sendiri sering dipergunakan di luar garis keinginan si Pemberi. Terlalu asyik dengan kenikmatan sehingga lalai akan kewajibannya, terlalu asyik dengan kenikmatan sehingga melupakan sang Pemberi nikmat, bahkan yang lebih parahnya lagi, manusia sering menggunakan kenikmatan yang mereka dapatkan untuk bermaksiat. Semoga kita bukan termasuk golongan orang yang disebutkan di atas. Aamiin.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

            Dalam al-Quran Allah SwT menjelaskan:
لَّا يَسْأَمُ الْإِنسَانُ مِن دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِن مَّسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Fushilat: 49)
Allah juga menjelaskan dalam ayat lain:
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
Dan apabila kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka ia banyak berdoa.” (Fushilat: 51).
            Dalam kehidupan sehari-hari, mudah kita temui silokanya. Si A nemohon kepada si B sambil “bersujud-sujud” agar dimodali berdagang. Setelah diberi sukses kehidupannya, si A tidak ingat lagi kepada B. Bahkan ketika si B ternyata gantian yang susah, si A tidak mau membantu si B. Tentu sumpah serapah yang keluar dari mulut si B. Atau bahkan tindakan yang lebih parah dapat saja dilakukan si B terhadap si A di kemudian hari.
            Atau ketika si A tidak memanfaatkan modal yang diberikan si B untuk berdagang, melainkan untuk berfoya-foya. Tentu saja si B, sebagai pemodal, kecewa bukan?
            Lalu mengapa logika berpikir tersebut tidak kita terapkan dalam hubungan kita dengan yang Maha Memberi? Betapa nikmat-Nya tiada terhitung. Dari mulai udara yang Ia berikan untuk kita bernafas, rezeki yang dengannya kita dapat makan, tubuh yang indah dan sempurna tanpa cacat, panca indera yang lengkap dan sebagainya.
            Lalu pantaskah setelah apa yang Allah berikan kepada kita berupa kenikmatan yang luar biasa banyaknya ini, kita malah menjadi kufur, lalai dan lupa diri dari-Nya?
Bayangkan jika sifat Allah seperti sifat manusia yang pemarah, setelah berbagai dosa yang kita lakukan, mungkin Allah akan mencabut semua nikmat-Nya dari diri kita. Namun Allah sangat berbeda dengan manusia. Ia maha pemaaf dan maha pengasih. Ia senantiasa memberikan rahmat dan kenikmatan-Nya bahkan terhadap hamba-Nya yang suka bermaksiat dan berbuat dosa sekalipun. Sebagaimana Allah pernah berfirman dalam sebuah hadis qudsi:
            “Sesungguhnya rahmatKu itu mendahului kemarahanKu”
            Melihat kemurahan Allah yang begitu luas itu, seharusnya kita sadar akan apa yang harus kita lakukan dengan nikmat yang telah Ia berikan kepada kita. Sungguh memalukan jika kita berbuat lalim akan nikmat yang kita dapat, sementara ketika kita dalam kesusahan kita merengek-rengek, memohon agar dihilangkan kesusahan dari diri kita, dan ketika kesusahan itu diangkat dari tubuh kita, lita menjadi orang yang lupa diri. Bahkan tidak jarang orang yang dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik berupa kekayaan, kecerdasan, wajah yang rupawan dan sebagainya, lalu ia menjadi sombong, kikir, angkuh dam berbuat dzalim. Mereka menyangka bahwa apa yang mereka dapatkan adalah hasil usaha mereka sendir, tanpa ada campur tangan Allah. sungguh mereka adalah orang-orang yang sesat dan celaka. Karena usaha manusia itu tidak akan berhasil tanpa seizin Allah SwT. Allah SwT berfirman:
            “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya manusia itu sangat bakhil karena cintanya ada harta.” ( al-Adiyat: 6-9)

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

            Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan masih sangat jauh dari apa yang Allah harapkan? Tentu saja sebagai manusia, sangat susah untuk menjadi sempurna dalam melaksanakan apa yang digariskan Allah. Tapi, tetaplah berusaha untuk memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan.
            Perbanyak zikir untuk mengingat-Nya. Shalat, bersedekah menyisihkan penghasilan, berzakat untuk mensucikan harta, dan berpuasa untuk mensucikan badan sudah merupakan wujud terima kasih kita atas apa yang telah diberi-Nya.
            Perbanyak syukur terhadap Allah, dan menggunakan fasilitas yang telah diberikan Allah, baik anggota tubuh yang menempel di badan maupun fasilitas keduniaan sebisa mungkin di jalan yang telah diatur-Nya.  Pasti Allah akan memberikan kita tambahan nikmat dan mencukupkan kebutuhan kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ



KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا  مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
            Jama’ah Jum’at yang berbahagia, akhirnya marilah kita senantiasa menjadikan apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita sebagai sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Marilah kita berdoa semoga kita termasuk oang-orang yang bersyukur dan diridhoi Allah.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar