Selasa, 03 Juni 2014

KECINTAAN TERHADAP KELEMBUTAN, KESABARAN, DAN KESANTUNAN

KECINTAAN TERHADAP KELEMBUTAN, KESABARAN, DAN KESANTUNAN
Oleh: Muhammad Ragil

1. Hadis No.15/4118
وَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :" أَلَا اُخْبِرْكُمْ بِمَنْ يُحَرَّمُ عَلَى النَّارِ، أَوْ بِمَنْ تُحَرَّمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟  تُحَرَّمُ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ". رواه الترمذي، و قال: حديث حسن، وابن حبان في صحيحه، و لفظه في إحدى رواياته: " إِنَّمَا تَحْرُمُ النَّارُ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيْبِ سَهْلٍ".

“Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang siapa yang diharamkan atas neraka, atau tentang siapa yang diharamkan atasnya neraka? Neraka diharamkan atas setiap kemudahan yang lembut lagi ringan”. (Hadis riwayat Turmudzi, dan ia berkata hadis ini hasan, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya, akan tetapi lafal hadis tersebut dalam salah satu riwayatnya, “sesungguhnya neraka itu haram atas setiap kemudahan  yang lembut lagi dekat dengan keringanan”(.


Syarah Hadis:
            Hadis di atas menjelaskan tentang tiga perangai yang sangat dicintai Rasulullah saw, yaitu bersikap lemah lembut, suka memberi kemudahan, dan meringankan.
          Pada hadis tersebut, disebutkan bahwa orang yang mempunyai sikap lemah lembut, memudahkan, dan meringankan akan diharamkan dari neraka. Kelihatannya memang berlebihan, namun kita ambil saja satu pelajaran bahwa betapa sikap lemah lembut, memudahkan, dan meringankan itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw.
            Yang pertama adalah sikap lemah lembut. Sikap ini harus ada pada diri seorang mukmin. Rasulullah sendiri adalah pribadi yang lemah lembut dan penyantun. Jadi sudah seharusnya kita meniru sikap beliau, karena beliau adalah teladan yang baik bagi kita.
            Allah sendiri juga memerintahkan bersikap lemah lembut, sebagaimana disebutkan dalam firmannya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS. al-Hijr : 88).
            Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi mengatakan, “’Berendah dirilah’ yang dimaksud dalam ayat ini adalah hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’ (rendah diri). Jadi sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkatan dan perbuatan, yaitu kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut". Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah yang lain:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari          Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS. Ali Imran : 159).
            Yang dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah berbuat dan bertutur kata kasar. Sikap ini akan membuat orang lain lari dan menjauh dari kita.
            Hasan al-Bashri mengatakan,”Berlaku lemah lembut inilah akhlak Muhammad saw di mana beliau diutus dengan membawa akhlak yang mulia ini”.
            Yang kedua adalah sikap memudahkan atau memberi kemudahan. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh menyulitkan orang lain. Maksudnya adalah mempersulit urusan mereka sehingga dapat menyusahkan mereka. Dalam urusan mu’amalah hendaknya kita memberi kemudahan, terutama kepada oran yang sedang dalam kesulitan. Rasulullah saw pernah bersabda:
يَسِّرُوا، وَ لَا تُعَسِّرُوا، وَ بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُا (رواه البخاري و مسلم).
“Mudahkanlah, dan jangan kalian persulit, dan berilah kabar gembira dan jangan kalian buat marah” (HR.Buhkari & Muslim).
            Dari hadis di atas, jelaslah bahwa Rasulullah menyuruh kita untuk mempermudah urusan terhadap orang lain dan melarang kita mempersulitnya.
            Nabi saw sendiri diutus bukan untuk menyulitkan, melainkan untuk memudahkan dan memberi petunjuk. Sebagaimana sabda beliau, “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang disusahkan dan tidak pula menyusahkan, akan tetapi Dia mengutusku sebagai petun juk yang memberi kemudahan” (HR.Muslim).
            Dan sikap yang ketiga yang disebutkan dalam hadis no.15 di atas adala   سَهْل . Kata سَهْل sendiri memiliki arti keringanan, kemudahan, dan kelembutan. Jika dalam hadis di atas, kemudahan sudah diwakili oleh kata هَيِّن , dan kelembutan dengan kata لَيِّن , maka kata سَهْل di sini kami artikan dengan makna keringanan atau memberikan keringanan. (Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui).
            Meringankan urusan atau beban orang lain merupakan perbuatan yang sangat mulia. Kewajiban seorang muslim dengan muslim lainnya adalah saling tolong-menolong. Dan memberikan keringanan kepada orang yang sedang dalam keberatan atau kesusahan merupakan salah satu wujud tolong-menolong. Contohnya adalah ketika ada seseorang yang sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat anaknya, maka hendaknya kita ikut meringankan bebannya dengan memberikan pinjaman uang, misalnya. Dan apabila kita hendak menagih hutangnya kepada kita, namun ia belum mampu membayarnya, maka hendaknya kita memberikan keringanan dengan memberikan waktu sampai ia bisa membayar hutangnya, atau bahkan membebaskan hutangnya karena ia sedang dalam kesusahan. Alangkah baiknya jika kita meringankan urusan dan bebannya. Yang demikian itu adalah perbuatan yang sangat terpuji dan dicinta Allah swt.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
1.      Kita dianjurkan untuk bersikap lemah lembut terhadap orang lain, serta memberi kemudahan dan keringanan kepada orang yang sedang dalam kesusahan.
2.      Bersikap lembut, memberikan kemudahan serta keringanan adalah perilaku yang sangat terpuji, dan Allah akan memberikan balasan yang mulia bagi orang yang melakukannya.
3.      Dalam menjelaskan suatu perkara atau amalan, Rasulullah sering menggunakan pertanyaan, kemudian beliau menjawabnya sendiri dan menjelaskannya. Yang demikian itu karena cara tersebut lebih mudah dipahami oleh para sahabat dan lebih mengena di dalam hati.

2. Hadis No.16/4119
وَعَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " التَّأَنِّي مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَمَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مَعَاذِيرَ مِنَ اللهِ وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْحَمْدِ ".رواه أبو يعلى، و رواته رواة الصحيح.

“Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw beliau pernah bersabda, ‘Pelan-pelan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan. Dan seseorang yang memperbanyak alasan itu bukan dari Allah, dan tidak ada yang lebih dicintai Allah daripada pujian’” (HR.Abu Ya’la, dan riwayatnya adalah riwayat shahih).              

Syarah Hadis:
           
            Hadis di atas menjelaskan tentang larangan tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan. Sebagaimana disebutkan pada hadis di atas bahwa pelan-pelan itu adalah dari Allah dan tergesa-gesa itu adalah dari setan. Tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan maupun amalan ibadah tentu tidak baik. Seandainya kita tergesa-gesa dalam melakukan suatu amalan ibadah seperti sholat misalnya, tentu akan mengurangi kekhusyukan dan bisa menyebabkan kita lupa bacaan, gerakan, maupun jumlah roka’at dalam sholat. Hal ini tentu akan membuat  sholat kita kurang sempurna dan akan mengurangi pahala sholat. Begitu juga dengan pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa tentu hasilnya kurang maksimal, karena kita mengerjakannya dengan tidak tenang dan seakan dikejar waktu, sehingga membuat  kita kurang teliti dan konsentrasi sehingga tidak bisa mengerjakannya secara maksimal. Contohnya adalah ketika kita mengerjakan soal ujian. Ketika kita mengerjakannya dengan tergesa-gesa maka akibatnya adalah kita kurang teliti dalam mengerjakan soal tersebut sehingga kita mungkin tidak menyadari jika ada kesalahan dalam mengerjakannya. Hal ini bisa menyebabkan nilai ujian kita kurang maksimal. Bandingkan jika kita mengerjakannya dengan tenang, teliti dan konsentrasi, pastilah hasilnya akan lebih maksimal.
           
            Sifat tergesa-gesa merupakan sikap setan, dan manusia selalu digoda setan agar mengikutinya, sehingga banyak yang melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa tanpa ada kesabaran, ketenangan dan ketekunan dalam mengerjakannya. Ini adalah tipu daya setan untuk merusak umat manusia. Salah satunya adalah dengan perilaku tergesa-gesa tersebut. Setan tidak menyukai orang yang sabar sehingga selalu mengajak orang agar tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, kita harus menjauhi sikap tergesa-gesa karena itu adalah sikap setan. Sebaliknya, kita harus melakukan suatu pekerjaan secara sabar dan teliti.

            Lawan dari sikap tergesa-gesa adalah pelan-pelan yang disebutkan dalam hadis diatas bahwa itu adalah dari Allah. Yang dimaksud dengan pelan-pelan dalam hadis di atas bukan berarti lambat, atau tidak semangat dalam mengerjakan suatu amalan. Namun yang dimaksud dengan pelan-pelan pada hadis di atas adalah melakukan suatu pekerjaan dengan sabar, tekun, teliti, tenang, dan tidak tergesa-gesa.

            Dalam hadis di atas juga disebutkan bahwa orang yang memperbanyak alasan bukanlah dari Allah. Artinya adalah suka mencari-cari alasan itu bukanlah perilaku yang dicintai Allah. Orang yang suka mencari alasan biasanya akan selalu membenarkan apa ng ia lakukan walaupun ia salah, dengan mengemukakan berbagai alasannya. Dalam hal ibadah juga banyak orang yang mencari-cari berbagai alasan agar mendapatkan keringanan dalam melaksanakan ibadahnya, padahal terkadang alasannya itu tidak masuk akal. Yang lebih parah lagi adalah mencari-cari alasan untuk meninggalkan ibadah, bahkan mencari-cari alasan untuk melakukan hal yang dibenci Allah. Yang demikian itu adalah perilaku yang sangat tercela dan harus kita jauhi.

            Adapun maksud dari kalimat tidak ada yang lebih dicintai Allah daripada pujianyakni bahwa Allah itu sangat mencintai hamba-Nya yang selalu memuji-Nya. Orang yang memuji Allah berarti ia telah mengagungkan nama Allah. Makna lafal الْحَمْد pada hadis tersebut juga bisa diartikan sebagai sifat yang terpuji, yakni bahwa Allah itu menyukai segala hal yang terpuji, karena Allah itu Maha Terpuji.

Pelajaran-pelajaran Hadis:
           
  1. Hendaknya kita meninggalkan sikap tergesa-gesa karena itu adalah perilaku dari setan.
  2. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan hendaknya kita melakukannya dengan tekun, sabar, dan tidak tergesa-gesa.
  3. Allah tidak menyukai orang yang suka mencari-cari banyak alasan.
  4. Allah mencintai hamba-Nya yang suka memuji-Nya dan mencintai segala hal yang terpuji.
3. Hadis No.17/4120

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَشَجِّ: إِنَّ فِيكَ لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولهُ : الْحِلْمَ وَالأَنَاةَ. رواه مسلم.

“Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw pernah bersabda kepada seseorang yang terluka pada kepalanya,’Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua kebiasaan yang Allah dan Rasul-Nya mencintai keduanya, yaitu sifat santun dan sabar’” (HR.Muslim).

Syarah Hadis:

            Hadis di atas menjelaskan tentang dua sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat santun dan sabar. Kedua sifat tersebut harus ada dalam diri setiap umat Islam. Banyak sekali keutamaan dari kedua sifat tersebut.

            Yang pertama adalah sifat santun. Sifat ini menunjukkan cerminan diri kita sebagai seorang muslim. Orang yang mempunyai sifat santun akan mendapatkan berbagai keutamaan, di antaranya adalah dicintai Allah dan dekat  dengan-Nya. Orang yang santun akan disenangi banyak orang, sehingga ia dekat dengan masyarakat dan mudah untuk mendapatkan pertolongan, bantuan, dan simpati mereka karena sifat santun tersebut. Hubungan yang baik dan tali persaudaraan yang erat antara kita dengan sesama muslim lainnya yang terjalin karena sikap santun kita  terhadap mereka akan mendekatkan hubungan kita dengan Allah, karena Allah mencintai hamba-Nya yang senang menyambung tali persaudaraan, silaturahmi, dan kerukunan.

            Sifat santun merupakan perhiasan dalam jiwa kita, yang memancarkan akhlak mulia yang ada pada diri pemiliknya. Rasulullah sendiri adalah pribadi yang sangat santun. Beliau tidak pernah bersikap dan bertutur kata kasar serta menyombongkan diri. Inilah yang membuat  beliau menjadi seorang pemimpin yang karismatik dan menjadi panutan bagi kita. Beliau tetap dikenal dengan sikap dan perangainya yang mulia sampai sekarang ini. Ini juga yang harus dicontoh oleh seorang pemimpin, yakni bersikap santun terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin yang bersikap santun kepada rakyatnya tentu akan mendapatkan rasa senang di hati rakyatnya dan senantiasa mendapat dukungan dari rakyatnya, sehingga terciptalah suatu pemerintahan yang tenteram dan makmur. Sebaliknya jika seorang pemimpin bersikap kasar, angkuh, dan beringas, maka tentu akan menimbulkan kebencian di hati rakyatnya, sehingga ia tidak mendapat dukungan dan simpati dari rakyat. Hal ini bisa menjadi suatu pemerintahan yang tidak harmonis.

            Sifat santun juga akan mengangkat derajat orang mukmin, menjadi catatan kebaikan di akhirat. Jadi, dengan keutamaan yang sangat banyak, maka hendaklah sifat santun ini ada dalam diri setiap umat Islam.

            Sifat kedua yang disebutkan dalam hadis di atas adalah الأَنَاةُ yang bermakna pelan-pelan atau sabar. Maksud dari pelan-pelan adalah tidak tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan pengertian sabar memiliki cakupan yang lebih luas. Sabar secara bahasa berarti mengekang dan menahan. Sedangkan sabar secara istilah adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak disenangi seperti musibah kematian,sakit, kelaparan, dan sebagainya, tapi juga berupa hal-hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari memperturutkan hawa nafsu.

            Menurut Yusuf al-Qardhawi, sabar dibagi menjadi enam macam, yaitu:
  1. Sabar menerima cobaan hidup.
  2. Sabar dari keinginan hawa nafsu.
  3. Sabar dalam taat kepada Allah SWT.
  4. Sabar dalam berdakwah.
  5. Sabar dalam perang.
  6. Sabar dalam pergaulan.

Sifat sabar dalam Islam menempati posisi  yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya, antara lain dengan keyakinan (QS.as-Sajdah: 24), syukur (QS.Ibrahim: 5), tawakkal (QS.an-Nahl: 41-42), dan taqwa (QS.Ali ‘Imran: 15-17). Mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu. Sifat inilah yang tertanam dalam diri Rasulullah selama hidupnya, yang juga harus ada dalam diri kita.

Karena sabar merupaka sifat mulia yang istimewa,tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Misalnya dalam menyebutkan orang-orang beriman yang akan mendapat surga dan keridhaan Allah SWT, orang-orang yang sabar ditempatkan dalam urutan pertama sebelum yang lain-lainnya. Allah bahwa seseorang akan mendapatkan balasan surga karena kesabarannya. Allah SWT berfirman:

أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا

“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS. al-Furqan: 75).

            Di samping segala keistimewaan itu, sifat sabar memang sangat dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang mahasswa tidak akan berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar. Seorang peneliti tidak akan dapat menemukan penemuan-penemuan ilmiah tanpa ada sifat sabar dalam penelitiannya. Demikianlah seterusnya dalam seluruh aspek kehidupan.


Pelajaran-pelajaran Hadis:

  1. Setiap muslim wajib memiliki sifat santun dan sabar, karena keduanya merupakan sifat yang dicintai Allah dan Rasulullah.
  2. Sifat santun dan sabar  memiliki banyak sekali keutamaan, dan Allah akan memuliakan orang yang memiliki sifat santun dan sabar.





4.Hadis No.20/4123

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنْتُ أَمْشِ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيْظ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَجَذَبَهُ بِرِدَاءِهِ جَذْبَةً شَدِيْدَةً، فَنَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عُنُوْقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَدْ أَثَّرَ بِهَاحَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِى مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِى عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ ثمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ. رواه البخاري ومسلم.

“Dari Anas ra. berkata,’Saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw. Dan beliau mengenakan baju dingin bangsa Najran yang tebal bagian pinggirnya, lalu ada seorang badui mengetahuinya, kemudian ia menarik pakaian Rasulullah dengan tarikan yang keras, sehingga saya melihat arah leher Rasulullah saw. Dan membekaslah bagian pinggir pakaian itu karena kerasnya tarikannya, kemudian ia berkata,”Wahai Muhammad, keluarkanlah untukku harta Allah yang ada padamu!”, maka beliau pun menoleh kepadanya lalu tertawa, kemudian memerintahkan untuknya suatu pemberian’”. (HR.Bukhari dan Muslim).


Syarah Hadis:

            Dari hadis di atas dapat kita lihat betapa Rasulullah itu adalah seorang yang sangat penyabar dan penyantun. Diceritakan pada hadis di atas bahwa ada seorang badui yang menarik pakaiannya dengan keras hingga leher beliau kelihatan, kemudian orang badui tersebut meminta kepada Rasulullah suatu pemberian berupa harta. Rasulullah bukannya marah atau memukul orang badui tersebut, tetapi beliau malah tertawa dan kemudian menyuruh Anas ra untuk memberikan apa yang diminta oleh orang badui tersebut. Ini menunjukkan betapa mulianya hati Rasulullah. Beliau masih bisa berbuat baik bahkan terhadap orang yang sudah menzalimi beliau.

            Sifat Rasulullah yang luar biasa tersebut patut kita contoh. Memang sangat berat berbuat baik pada orang yang telah berbuat zalim kepada kita, bahkan untuik memaafkanya saja susah. Maka sungguh mulia orang yang bisa mengamalkan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah tersebut. Seandainya semua orang mempunyai sifat seperti beliau tentulah tidak akan terjadi permusuhan dan kebencian di dunia ini.

Pelajaran-pelajaran Hadis:

  1. Rasulullah adalah seorang yang sangat penyabar dan penyantun, bahkan beliau tetap berbuat baik walaupun terhadap orang yang telah menzalimi beliau.
  2. Sebagai umat Rasulullah, kita patut mencontoh sifat-sifat beliau, karena beliau adalah teladan yang baik bagi umatnya.
  3. Semua sifat Rasulullah itu menunjukkan bahwa beliau adalah manusia yang berakhlak paling mulia sepanjang masa.
  4. Walaupun beliau sudah dikenal sebagai utusan Allah yang mulia, namun tidak semua orang bersikap hormat terhadap beliau, contohnya adalah orang badui yang diceritakan dalam hadis tersebut. Namun Rasulullah tetap bersikap santun kepadanya.
Hal ini mencerminkan sifat beliau yang penyabar, penyantun dan penyayang pada umatnya.
5.Hadis No.21/4124


وَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَأَنِّي أَنْظرُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ، فَأَدْمُوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّامَ عَنْ وَجْهِهِ، وَيَقُوْلُ: "اللهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ". رواه البخاري ومسلم.

“Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata,”Seakan-akan saya mendengar Rasulullah saw sedang menceritakan seorang nabi dari para nabi yang kaumnya memukulinya hingga membuatnya berdarah, dan ia mengusap darah dari wajahnya seraya berdoa,’Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui” (HR.Bukhari dan Muslim).

            Hadis di atas menceritakan seorang nabi yang dipukuli kaumnya hingga berdarah, namun ia tetap mendoakan kaumnya tersebut karena mereka tidak mengetahui akan kebenaran dakwahnya. Kejadian yang hampir sama juga pernah dialami oleh Rasulullah pada saat beliau berhijrah ke Tha’if. Beliau mendapat sambutan yang sangat buruk dari penduduk Tha’if. Beliau dicibir, dicaci, bahkan dilempari batu hingga tumit beliau bercucuran darah. Ketika malaikat Jibril datang beserta malaikat penjaga gunung untuk menawarkan kepada Rasulullah hukuman bagi penduduk Tha’if, beliau melarangnya dan malah mendoakan mereka agar mereka mendapat petunjuk sehingga mau mengikuti dakwah beliau.
           
            Dari hadis tersebut dapat kita ambil satu sifat yang mulia, yaitu sabar dan mau mendoakan baik orang yang telah berbuat jahat kepada kita, sebagaimana yang dicontohkan oleh para nabi yang dizalimi oleh kaum mereka sendiri. Mereka tetap mendoakan yang baik bagi kaum mereka walaupun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari kaum mereka.

Pelajaran-pelajaran Hadis:


  1. Para nabi merupakan orang pilihan yang mempunyai kesabaran yang luar biasa.
  2. Dalam menyampaikan ajaran dakwahnya, para nabi sering mendapatkan respon dan perlakuan yang tidak menyenangka dari kaumnya. Ini merupakan salah satu ujian bagi mereka dalam menegakkan agama Allah dan mengajarkannya kepada kaumnya.
  3. Salah satu bukti kesabaran yang luar biasa dari seorang nabi adalah tetap mendoakan baik untuk kaumnya walaupun mereka telah menzaliminya.
  4. Kita patut mencontoh sifat yang dimiliki nabi, yakni sabar dalam menghadapi cobaan.
  5. Mendoakan orang lain yang berbuat jahat kepada kita adalah hal yang berat, namun itu adalah perbuata yang sangat mulia sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi termasuk nabi Muhammad saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar