KECINTAAN TERHADAP
KELEMBUTAN, KESABARAN, DAN KESANTUNAN
Oleh: Muhammad Ragil
1. Hadis No.15/4118
وَ
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :" أَلَا اُخْبِرْكُمْ بِمَنْ يُحَرَّمُ عَلَى
النَّارِ، أَوْ بِمَنْ تُحَرَّمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟ تُحَرَّمُ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ
سَهْلٍ". رواه الترمذي، و قال: حديث حسن، وابن حبان في صحيحه، و لفظه في إحدى
رواياته: " إِنَّمَا تَحْرُمُ النَّارُ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيْبِ
سَهْلٍ".
“Dari Ibnu Mas’ud ra.
Berkata, Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Maukah aku kabarkan kepada kalian
tentang siapa yang diharamkan atas neraka, atau tentang siapa yang diharamkan
atasnya neraka? Neraka diharamkan atas setiap kemudahan yang lembut lagi ringan’”. (Hadis
riwayat Turmudzi, dan ia berkata hadis ini hasan, dan Ibnu Hibban dalam
shahihnya, akan tetapi lafal hadis tersebut dalam salah satu riwayatnya,
“sesungguhnya neraka itu haram atas setiap kemudahan yang lembut lagi dekat dengan keringanan”(.
Syarah Hadis:
Hadis di atas menjelaskan tentang
tiga perangai yang sangat dicintai Rasulullah saw, yaitu bersikap lemah lembut,
suka memberi kemudahan, dan meringankan.
Pada
hadis tersebut, disebutkan bahwa orang yang mempunyai sikap lemah lembut,
memudahkan, dan meringankan akan diharamkan dari neraka. Kelihatannya memang
berlebihan, namun kita ambil saja satu pelajaran bahwa betapa sikap lemah
lembut, memudahkan, dan meringankan itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Yang pertama adalah sikap lemah lembut. Sikap ini harus
ada pada diri seorang mukmin. Rasulullah sendiri adalah pribadi yang lemah
lembut dan penyantun. Jadi sudah seharusnya kita meniru sikap beliau, karena
beliau adalah teladan yang baik bagi kita.
Allah sendiri juga memerintahkan bersikap lemah lembut, sebagaimana disebutkan dalam firmannya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan
berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS.
al-Hijr : 88).
Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi mengatakan,
“’Berendah dirilah’ yang dimaksud dalam ayat ini adalah hanya untuk
mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’ (rendah diri).
Jadi sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkatan dan perbuatan,
yaitu kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut".
Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah yang lain:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS.
Ali Imran : 159).
Yang dimaksud dengan
bersikap keras di sini adalah berbuat dan bertutur kata kasar. Sikap ini akan
membuat orang lain lari dan menjauh dari kita.
Hasan al-Bashri mengatakan,”Berlaku lemah lembut inilah
akhlak Muhammad saw di mana beliau diutus dengan membawa akhlak yang mulia
ini”.
Yang kedua adalah sikap memudahkan atau memberi
kemudahan. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh menyulitkan orang lain.
Maksudnya adalah mempersulit urusan mereka sehingga dapat menyusahkan mereka.
Dalam urusan mu’amalah hendaknya kita memberi kemudahan, terutama kepada oran
yang sedang dalam kesulitan. Rasulullah saw pernah bersabda:
يَسِّرُوا،
وَ لَا تُعَسِّرُوا، وَ بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُا (رواه البخاري و مسلم).
“Mudahkanlah, dan
jangan kalian persulit, dan berilah kabar gembira dan jangan kalian buat marah”
(HR.Buhkari & Muslim).
Dari hadis di atas, jelaslah bahwa Rasulullah menyuruh
kita untuk mempermudah urusan terhadap orang lain dan melarang kita
mempersulitnya.
Nabi
saw sendiri diutus bukan untuk menyulitkan, melainkan untuk memudahkan dan
memberi petunjuk. Sebagaimana sabda beliau, “Sesungguhnya Allah tidak
mengutusku sebagai orang yang disusahkan dan tidak pula menyusahkan, akan
tetapi Dia mengutusku sebagai petun juk yang memberi kemudahan” (HR.Muslim).
Dan
sikap yang ketiga yang disebutkan dalam hadis no.15 di atas adala سَهْل
. Kata
سَهْل
sendiri
memiliki arti keringanan, kemudahan, dan kelembutan. Jika dalam hadis di atas,
kemudahan sudah diwakili oleh kata هَيِّن , dan kelembutan dengan kata لَيِّن , maka kata سَهْل di sini kami artikan dengan makna
keringanan atau memberikan keringanan. (Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui).
Meringankan
urusan atau beban orang lain merupakan perbuatan yang sangat mulia. Kewajiban
seorang muslim dengan muslim lainnya adalah saling tolong-menolong. Dan
memberikan keringanan kepada orang yang sedang dalam keberatan atau kesusahan
merupakan salah satu wujud tolong-menolong. Contohnya adalah ketika ada
seseorang yang sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat anaknya, maka
hendaknya kita ikut meringankan bebannya dengan memberikan pinjaman uang,
misalnya. Dan apabila kita hendak menagih hutangnya kepada kita, namun ia belum
mampu membayarnya, maka hendaknya kita memberikan keringanan dengan memberikan
waktu sampai ia bisa membayar hutangnya, atau bahkan membebaskan hutangnya
karena ia sedang dalam kesusahan. Alangkah baiknya jika kita meringankan urusan
dan bebannya. Yang demikian itu adalah perbuatan yang sangat terpuji dan dicinta
Allah swt.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
1. Kita
dianjurkan untuk bersikap lemah lembut terhadap orang lain, serta memberi
kemudahan dan keringanan kepada orang yang sedang dalam kesusahan.
2. Bersikap
lembut, memberikan kemudahan serta keringanan adalah perilaku yang sangat
terpuji, dan Allah akan memberikan balasan yang mulia bagi orang yang
melakukannya.
3. Dalam
menjelaskan suatu perkara atau amalan, Rasulullah sering menggunakan
pertanyaan, kemudian beliau menjawabnya sendiri dan menjelaskannya. Yang
demikian itu karena cara tersebut lebih mudah dipahami oleh para sahabat dan
lebih mengena di dalam hati.
2. Hadis No.16/4119
وَعَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" التَّأَنِّي مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَمَا أَحَدٌ
أَكْثَرَ مَعَاذِيرَ مِنَ اللهِ وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْحَمْدِ
".رواه أبو يعلى، و رواته رواة الصحيح.
“Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw
beliau pernah bersabda, ‘Pelan-pelan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu
dari setan. Dan seseorang yang memperbanyak alasan itu bukan dari Allah, dan
tidak ada yang lebih dicintai Allah daripada pujian’” (HR.Abu Ya’la,
dan riwayatnya adalah riwayat shahih).
Syarah Hadis:
Hadis
di atas menjelaskan tentang larangan tergesa-gesa dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sebagaimana disebutkan pada hadis di atas bahwa pelan-pelan itu
adalah dari Allah dan tergesa-gesa itu adalah dari setan. Tergesa-gesa dalam
melakukan suatu pekerjaan maupun amalan ibadah tentu tidak baik. Seandainya
kita tergesa-gesa dalam melakukan suatu amalan ibadah seperti sholat misalnya,
tentu akan mengurangi kekhusyukan dan bisa menyebabkan kita lupa bacaan,
gerakan, maupun jumlah roka’at dalam sholat. Hal ini tentu akan membuat sholat kita kurang sempurna dan akan
mengurangi pahala sholat. Begitu juga dengan pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan
yang dilakukan dengan tergesa-gesa tentu hasilnya kurang maksimal, karena kita
mengerjakannya dengan tidak tenang dan seakan dikejar waktu, sehingga
membuat kita kurang teliti dan
konsentrasi sehingga tidak bisa mengerjakannya secara maksimal. Contohnya
adalah ketika kita mengerjakan soal ujian. Ketika kita mengerjakannya dengan
tergesa-gesa maka akibatnya adalah kita kurang teliti dalam mengerjakan soal
tersebut sehingga kita mungkin tidak menyadari jika ada kesalahan dalam
mengerjakannya. Hal ini bisa menyebabkan nilai ujian kita kurang maksimal.
Bandingkan jika kita mengerjakannya dengan tenang, teliti dan konsentrasi,
pastilah hasilnya akan lebih maksimal.
Sifat
tergesa-gesa merupakan sikap setan, dan manusia selalu digoda setan agar
mengikutinya, sehingga banyak yang melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa
tanpa ada kesabaran, ketenangan dan ketekunan dalam mengerjakannya. Ini adalah
tipu daya setan untuk merusak umat manusia. Salah satunya adalah dengan perilaku tergesa-gesa tersebut. Setan tidak
menyukai orang yang sabar sehingga selalu mengajak orang agar tergesa-gesa
dalam melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena
itu, kita harus menjauhi sikap tergesa-gesa karena itu adalah sikap setan.
Sebaliknya, kita harus melakukan suatu pekerjaan secara sabar dan teliti.
Lawan
dari sikap tergesa-gesa adalah pelan-pelan yang disebutkan dalam hadis diatas
bahwa itu adalah dari Allah. Yang dimaksud dengan pelan-pelan dalam hadis di
atas bukan berarti lambat, atau tidak semangat dalam mengerjakan suatu amalan.
Namun yang dimaksud dengan pelan-pelan pada hadis di atas adalah melakukan
suatu pekerjaan dengan sabar, tekun, teliti, tenang, dan tidak tergesa-gesa.
Dalam
hadis di atas juga disebutkan bahwa orang yang memperbanyak alasan bukanlah
dari Allah. Artinya adalah suka mencari-cari
alasan itu bukanlah perilaku yang dicintai Allah. Orang yang suka mencari
alasan biasanya akan selalu membenarkan apa ng ia lakukan walaupun ia salah,
dengan mengemukakan berbagai alasannya. Dalam hal ibadah juga banyak orang yang
mencari-cari berbagai alasan agar mendapatkan keringanan dalam melaksanakan
ibadahnya, padahal terkadang alasannya itu tidak masuk akal. Yang lebih parah
lagi adalah mencari-cari alasan untuk meninggalkan ibadah, bahkan mencari-cari
alasan untuk melakukan hal yang dibenci Allah. Yang demikian itu adalah
perilaku yang sangat tercela dan harus kita jauhi.
Adapun maksud dari
kalimat “tidak
ada yang lebih dicintai Allah daripada pujian” yakni bahwa Allah itu sangat mencintai hamba-Nya yang
selalu memuji-Nya. Orang yang memuji Allah berarti ia telah mengagungkan nama
Allah. Makna lafal الْحَمْد pada hadis tersebut juga bisa diartikan sebagai sifat yang terpuji,
yakni bahwa Allah itu menyukai segala hal yang terpuji, karena Allah itu Maha
Terpuji.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
- Hendaknya kita meninggalkan sikap tergesa-gesa karena itu adalah
perilaku dari setan.
- Dalam melaksanakan suatu pekerjaan hendaknya kita melakukannya
dengan tekun, sabar, dan tidak tergesa-gesa.
- Allah tidak menyukai orang yang suka mencari-cari banyak alasan.
- Allah mencintai hamba-Nya yang suka memuji-Nya dan mencintai segala
hal yang terpuji.
3. Hadis No.17/4120
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِلْأَشَجِّ: إِنَّ فِيكَ
لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولهُ : الْحِلْمَ وَالأَنَاةَ. رواه
مسلم.
“Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw pernah bersabda kepada
seseorang yang terluka pada kepalanya,’Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua
kebiasaan yang Allah dan Rasul-Nya mencintai keduanya, yaitu sifat santun dan
sabar’” (HR.Muslim).
Syarah Hadis:
Hadis di atas
menjelaskan tentang dua sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat
santun dan sabar. Kedua sifat tersebut harus ada dalam diri setiap umat Islam.
Banyak sekali keutamaan dari kedua sifat tersebut.
Yang pertama adalah
sifat santun. Sifat ini menunjukkan cerminan diri kita sebagai seorang muslim.
Orang yang mempunyai sifat santun akan mendapatkan berbagai keutamaan, di
antaranya adalah dicintai Allah dan dekat
dengan-Nya. Orang yang santun akan disenangi banyak orang, sehingga ia
dekat dengan masyarakat dan mudah untuk mendapatkan pertolongan, bantuan, dan
simpati mereka karena sifat santun tersebut. Hubungan yang baik dan tali
persaudaraan yang erat antara kita dengan sesama muslim lainnya yang terjalin
karena sikap santun kita terhadap mereka
akan mendekatkan hubungan kita dengan Allah, karena Allah mencintai hamba-Nya
yang senang menyambung tali persaudaraan, silaturahmi, dan kerukunan.
Sifat santun merupakan
perhiasan dalam jiwa kita, yang memancarkan akhlak mulia yang ada pada diri
pemiliknya. Rasulullah sendiri adalah pribadi yang sangat santun. Beliau tidak
pernah bersikap dan bertutur kata kasar serta menyombongkan diri. Inilah yang
membuat beliau menjadi seorang pemimpin
yang karismatik dan menjadi panutan bagi kita. Beliau tetap dikenal dengan
sikap dan perangainya yang mulia sampai sekarang ini. Ini juga yang harus
dicontoh oleh seorang pemimpin, yakni bersikap santun terhadap rakyatnya.
Seorang pemimpin yang bersikap santun kepada rakyatnya tentu akan mendapatkan
rasa senang di hati rakyatnya dan senantiasa mendapat dukungan dari rakyatnya,
sehingga terciptalah suatu pemerintahan yang tenteram dan makmur. Sebaliknya
jika seorang pemimpin bersikap kasar, angkuh, dan beringas, maka tentu akan
menimbulkan kebencian di hati rakyatnya, sehingga ia tidak mendapat dukungan
dan simpati dari rakyat. Hal ini bisa menjadi suatu pemerintahan yang tidak
harmonis.
Sifat santun juga akan
mengangkat derajat orang mukmin, menjadi catatan kebaikan di akhirat. Jadi,
dengan keutamaan yang sangat banyak, maka hendaklah sifat santun ini ada dalam
diri setiap umat Islam.
Sifat kedua yang
disebutkan dalam hadis di atas adalah الأَنَاةُ yang bermakna pelan-pelan atau sabar. Maksud dari
pelan-pelan adalah tidak tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan pengertian sabar memiliki cakupan yang lebih luas. Sabar secara
bahasa berarti mengekang dan menahan. Sedangkan sabar secara istilah adalah
menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha
Allah. Yang tidak disukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak
disenangi seperti musibah kematian,sakit, kelaparan, dan sebagainya, tapi juga
berupa hal-hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai
oleh hawa nafsu. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari
memperturutkan hawa nafsu.
Menurut Yusuf
al-Qardhawi, sabar dibagi menjadi enam macam, yaitu:
- Sabar
menerima cobaan hidup.
- Sabar dari
keinginan hawa nafsu.
- Sabar dalam
taat kepada Allah SWT.
- Sabar dalam
berdakwah.
- Sabar dalam
perang.
- Sabar dalam
pergaulan.
Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat
sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya, antara lain dengan keyakinan
(QS.as-Sajdah: 24), syukur (QS.Ibrahim: 5), tawakkal (QS.an-Nahl: 41-42), dan
taqwa (QS.Ali ‘Imran: 15-17). Mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia
lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu. Sifat inilah yang tertanam
dalam diri Rasulullah selama hidupnya, yang juga harus ada dalam diri kita.
Karena sabar merupaka sifat mulia yang istimewa,tentu
dengan sendirinya orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa.
Misalnya dalam menyebutkan orang-orang beriman yang akan mendapat surga dan
keridhaan Allah SWT, orang-orang yang sabar ditempatkan dalam urutan pertama
sebelum yang lain-lainnya. Allah bahwa seseorang akan mendapatkan balasan surga
karena kesabarannya. Allah SWT berfirman:
أُولَئِكَ
يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا
“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat
yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan
penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS. al-Furqan:
75).
Di samping segala
keistimewaan itu, sifat sabar memang sangat dibutuhkan sekali untuk mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang mahasswa tidak akan berhasil mencapai
gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar. Seorang peneliti tidak akan
dapat menemukan penemuan-penemuan ilmiah tanpa ada sifat sabar dalam
penelitiannya. Demikianlah seterusnya dalam seluruh aspek kehidupan.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
- Setiap
muslim wajib memiliki sifat santun dan sabar, karena keduanya merupakan
sifat yang dicintai Allah dan Rasulullah.
- Sifat
santun dan sabar memiliki banyak
sekali keutamaan, dan Allah akan memuliakan orang yang memiliki sifat
santun dan sabar.
4.Hadis No.20/4123
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : كُنْتُ أَمْشِ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيْظ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ،
فَجَذَبَهُ بِرِدَاءِهِ جَذْبَةً شَدِيْدَةً، فَنَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عُنُوْقِ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَدْ أَثَّرَ بِهَاحَاشِيَةُ
الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِى مِنْ
مَالِ اللهِ الَّذِى عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ ثمَّ أَمَرَ لَهُ
بِعَطَاءٍ. رواه البخاري ومسلم.
“Dari Anas
ra. berkata,’Saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw. Dan beliau mengenakan
baju dingin bangsa Najran yang tebal bagian pinggirnya, lalu ada seorang badui
mengetahuinya, kemudian ia menarik pakaian Rasulullah dengan tarikan yang
keras, sehingga saya melihat arah leher Rasulullah saw. Dan membekaslah bagian
pinggir pakaian itu karena kerasnya tarikannya, kemudian ia berkata,”Wahai
Muhammad, keluarkanlah untukku harta Allah yang ada padamu!”, maka beliau pun
menoleh kepadanya lalu tertawa, kemudian memerintahkan untuknya suatu pemberian’”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Syarah Hadis:
Dari hadis di atas
dapat kita lihat betapa Rasulullah itu adalah seorang yang sangat penyabar dan
penyantun. Diceritakan pada hadis di atas bahwa ada seorang badui yang menarik pakaiannya
dengan keras hingga leher beliau kelihatan, kemudian orang badui tersebut
meminta kepada Rasulullah suatu pemberian berupa harta. Rasulullah bukannya
marah atau memukul orang badui tersebut, tetapi beliau malah tertawa dan
kemudian menyuruh Anas ra untuk memberikan apa yang diminta oleh orang badui
tersebut. Ini menunjukkan betapa mulianya hati Rasulullah. Beliau masih bisa
berbuat baik bahkan terhadap orang yang sudah menzalimi beliau.
Sifat Rasulullah yang
luar biasa tersebut patut kita contoh. Memang sangat berat berbuat baik pada
orang yang telah berbuat zalim kepada kita, bahkan untuik memaafkanya saja
susah. Maka sungguh mulia orang yang bisa mengamalkan apa yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah tersebut. Seandainya semua orang mempunyai sifat
seperti beliau tentulah tidak akan terjadi permusuhan dan kebencian di dunia
ini.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
- Rasulullah
adalah seorang yang sangat penyabar dan penyantun, bahkan beliau tetap
berbuat baik walaupun terhadap orang yang telah menzalimi beliau.
- Sebagai
umat Rasulullah, kita patut mencontoh sifat-sifat beliau, karena beliau
adalah teladan yang baik bagi umatnya.
- Semua sifat
Rasulullah itu menunjukkan bahwa beliau adalah manusia yang berakhlak
paling mulia sepanjang masa.
- Walaupun
beliau sudah dikenal sebagai utusan Allah yang mulia, namun tidak semua
orang bersikap hormat terhadap beliau, contohnya adalah orang badui yang
diceritakan dalam hadis tersebut. Namun Rasulullah tetap bersikap santun
kepadanya.
Hal ini mencerminkan sifat beliau yang penyabar, penyantun dan penyayang
pada umatnya.
5.Hadis No.21/4124
وَ
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَأَنِّي أَنْظرُ إِلَى رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ
ضَرَبَهُ قَوْمُهُ، فَأَدْمُوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّامَ عَنْ وَجْهِهِ، وَيَقُوْلُ: "اللهُمَّ اغْفِرْ
لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ". رواه البخاري
ومسلم.
“Dari Ibnu
Mas’ud ra. berkata,”Seakan-akan saya mendengar Rasulullah saw sedang
menceritakan seorang nabi dari para nabi yang kaumnya memukulinya hingga
membuatnya berdarah, dan ia mengusap darah dari wajahnya seraya berdoa,’Ya
Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas
menceritakan seorang nabi yang dipukuli kaumnya hingga berdarah, namun ia tetap
mendoakan kaumnya tersebut karena mereka tidak mengetahui akan kebenaran
dakwahnya. Kejadian yang hampir sama juga pernah dialami oleh Rasulullah pada
saat beliau berhijrah ke Tha’if. Beliau mendapat sambutan yang sangat buruk
dari penduduk Tha’if. Beliau dicibir, dicaci, bahkan dilempari batu hingga tumit
beliau bercucuran darah. Ketika malaikat Jibril datang beserta malaikat penjaga
gunung untuk menawarkan kepada Rasulullah hukuman bagi penduduk Tha’if, beliau
melarangnya dan malah mendoakan mereka agar mereka mendapat petunjuk sehingga
mau mengikuti dakwah beliau.
Dari hadis tersebut
dapat kita ambil satu sifat yang mulia, yaitu sabar dan mau mendoakan baik
orang yang telah berbuat jahat kepada kita, sebagaimana yang dicontohkan oleh
para nabi yang dizalimi oleh kaum mereka sendiri. Mereka tetap mendoakan yang
baik bagi kaum mereka walaupun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan
dari kaum mereka.
Pelajaran-pelajaran Hadis:
- Para nabi
merupakan orang pilihan yang mempunyai kesabaran yang luar biasa.
- Dalam
menyampaikan ajaran dakwahnya, para nabi sering mendapatkan respon dan
perlakuan yang tidak menyenangka dari kaumnya. Ini merupakan salah satu
ujian bagi mereka dalam menegakkan agama Allah dan mengajarkannya kepada
kaumnya.
- Salah satu
bukti kesabaran yang luar biasa dari seorang nabi adalah tetap mendoakan
baik untuk kaumnya walaupun mereka telah menzaliminya.
- Kita patut
mencontoh sifat yang dimiliki nabi, yakni sabar dalam menghadapi cobaan.
- Mendoakan
orang lain yang berbuat jahat kepada kita adalah hal yang berat, namun itu
adalah perbuata yang sangat mulia sebagaimana yang dilakukan oleh para
nabi termasuk nabi Muhammad saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar